KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
(PENGAMBILAN KEPTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN)
1. Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka
dan kaitannya dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang
pemimpin
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seyogianya guru harus memiliki sifat kritis dalam menghadapi sebuah masalah dan mengambil keputusan, agar keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan, sesuai dengan nilai-nila kebijkan dan berpihak pada murid. Jika dikaitkan dengan Pratap Triloka KHD, yaitu “Ingrso Sungthulada Ingmadya mangun karsa tutwuri Handayani, maka penerapan pengambilan keputusan ini sangat erat kaitannya.
Ing Ngarso Sung Tulodo,
artinya menjadi seorang
pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Jika dikaitkan dengan pengambilan keputusan,
maka sebagai seorang pemimpin hendaknya dapat mengambil sebuah keputusan yang
memihak kepada kepentingan hidup orang banyak, dalam arti lain mengutamkan
kepentingan golongan daripada pribadi, sehingga apa yang telah kita lakukan
dapat menjadi contoh (suri tauladan) bagi lingkungan sekitar
Ing Madyo Mangun Karsa, artinya
seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah
semangat. Begitupun seorang pemimpin dia harus dapat menempatkan dirinya di
tengah-tengah orang yang dipimpinnya, Sehingga Dia mampu mendorong
perubahan-perubahan serta memberikan semangat melalui keputusan-keputusan yang
diambilnya
Tut Wuri Handayani,
seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.
Jika dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan maka dalam hal ini keputusan
yang diambil harus mempertimbangkan moral yang dianggap baik. Sehingga ketika
pengambilan keputusan tersebut sudah sesuai dengan standar moral secara tidak
langsusng keputusan tersebut akan memeberikan kekuatan tersendiri untuk mendorong semangat kerja orang-orang
yang terlibat di dalamnya
2. Pengaruh nilai-nilai yang tertanam dalam diri terhadap prinsip-prinsip yang diambil dalam pengambilan suatu keputusan
Sebagai seorang guru penggerak, ada nilai-nilai yang harus dimiliki yakni : berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif. Semakin banyak nilai-nilai yang terkandung dalam diri seseorang maka keputusan yang akan diambil akan semakin sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Sebagai contoh seorang kepala sekolah yang memiliki nilai kolaboratif, dalam pengambilan keputusan Ia akan mengutamakan kerja sama, keadilan dan saling tolong menolong. Jadi nilai-nilai yang tertanam dala diri akan Sangat mempengaruhi keterampilan pengambilan keputusan. Selanjutnya, mengingat bahwa salah satu indikator dari sebuah keputusan yang baik adalah sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal, maka sangat penting menanamkan nilai-nilai dalam diri sebelum mengambil sebuah keputusan.
3.
Kaitan
pengambilan keputusan dengan coaching
Pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan kegiatan coaching, karena pada dasarnya tujuan dari kegiatan coaching adalah untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri coachee. Potensi yang dimaksud dapat berupa potensi personal dan profesional. Dalam coaching terdapat alur TIRTA yang berfungsi sebagai pedoman alur pembicaraan. Alur dalam TIRTA yang paling sesuai dengan pengambilan keputusan adalah “Rencana Aksi”. Dalam rencana aksi si coach akan menanyakan hal apa yang menjadi keputusan terkait penyelsaian maslah yang ada, dan dilanjutkan dengan penguatan pada alur tanggung jawab, yang meliputi pertanyaan dengan siapa akan bekerja sama dan kapan target penyelsainnya. Sehingga pada akhirnya si caochee menemukan keputusan-keputusan yang akan dilakukannya. Kesmuanyaitu sudah barang tentu sangat sesuai dengan pengambilan keputusan.
4. Pengaruh kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari
aspek sosial emosionalnya dalam pengambilan suatu keputusan khususnya masalah
dilema etika
Suasana hati memiliki peranan yang sangat penting untuk melakukan segala hal, termasuk pengambilan sebuah keputusan dimana terdapat pertentangan antara nilai kebenaran lawan nilai kebenaran (Dilema Etika). Saya sangat setuju dengan orang yang mengatakan jangan pernah mengambil sebuah keputusan ketika sedang marah. Berangkat dari kalimat tersebut, sepatutnya dalam pengambilan sebuah keputusan perlu sekali mengontrol keadaan sosial emosioanl diri kita. Buatlah diri menjadi tenang walaupun di tengah hiruk pikunya masalah. Mungkin hal pertama yang dapat kita lakukan adalah dengan melakukan minfulness agar fokus kita lebih terarahkan pada masalah yang ada. Ketika fokus mulai terarah, lalu kondisikan suasana hati lebih relax dan tenang, yakini bahwa setiap masalah akan ada jalan keluar (solusinya). Seorang pemimpin yang baik harus dapat mengeloloa emosinya agar dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab, sesuai dengan nilai-nilai kebijkan universal dan berpihak pada murid. Berikan waktu untuk mengidentifikasi segala permasalahan yang ada dengan suasana hati yang tenang tentunya, agar hasil keputusan pun merupakan yang terbaik pada akhirnya.
5. Pembahasan studi kasus moral/etika kembali kepada nilai-nilai sebagai seorang pendidik
Dilema Etika merupakan sebuah keadaan pengambilan keputusan yang terdiri dari nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar tetapi saling bertentangan. Sedangkan Bujukan Moral merupakan keadaan yang terdiri dari nilai benar lawan salah. Ketika menghadapi kasus dilema etika akan ada nilai-nilai kebajikan yang mendasari tetapi saling bertentangan, seperti : kesetiaan, kebenaran, kejujuran, cinta dan kasih sayang. Sebagai seorang pendidik tentunya di dalam diri kita terdapat nilai-nilai kebajikan yang kita yakini itu baik. Untuk menyelesaikan pengambilan keputusan dilema etika seorang pendidik dapat menerapkan 9 langkah pengambilan/pengujian keputusan. Salah satu tahapnya yang paling berhubungan dengan nilai seorang pendidik adalah uji regulasi. Pada uji ini kita akan diminta untuk memepertimbangkan keputusan yang diamabil dan mengaitkannya dengan nilai-nilai kode etik seorang guru.6. Dampak Pengambilan keputusan yang tepat terhadap terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
7. Tantangan pengambilan keputusan
Dalam
pengambilan sebuah keputusan tentu terdapat tantangan yang dihadapi, seperti :
1. Melibatkan atasan
2. Perbedaan sudut
pandang dengan pihak-pihak terkait
3. Nilai atau
budaya daerah setempat
Tantangan-tantangan
di atas berkaitan dengan paradigma yang ada di lingkungan sekitar, seperti : 1)
Individu
lawan kelompok (individual vs community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan
(justice vs mercy) 3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
8. Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid
Hendaknya sebagai seorang pemimpin pembelajaran ketika mengambil sebuah keputusan salah satunya haruslah berpihak pada murid, karena ketika guru sudah berpihak pada murid maka segala kebutuhan belajar murid akan terpenuhi. Keputusan yang tepat untuk memerdekakan dan memenuhi kebutuhan murid adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi segala kebutuhan belajar murid yang memiliki potensi berbeda-beda.
9. Keputusan seorang pemimpin pembelajaran terhadap masa depan murid
Segala keputusan yang dilakukan oleh guru hendaknya berpihak pada murid, termasuk memikirkan jangka panjang dan jangka pendek dari keputusan yang diambil. Guru dapat mengesampingkan jangka pendek demi jangka panjang bagi murid-muridnya kelak. Contohnya guru dapat saja menaikkan sedikit nilai raport murid-muridnya agar dapat diterima di universitas terbaik, jika menurutnya itu sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal
10. Kesimpulan modul 3.1 dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya
Kesimpulan yang dapat saya tarik dalam modul 3.1 ini adalah Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang
terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan
secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral (benar vs
salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan
antara benar dan salah. Untuk menentukan sebuah kasus/situasi termasuk ke dalam
dilema etika atau bujukan moral, kita harus memahami terlebih dahulu empat
paradigma dilema etika, Kemudian memahami 3 prinsip pengambilan keputusan dan
melakukan 9 langkah pengujian dan
pengambilan keputusan. Jika telah melewati itu semua maka keputusan yang
diambil perlu dilihat ulang apakah sudah berpihak pada murid, dapat
dipertanggungjawabkan dan mengandung nilai-nilai kebajikan.
Keterkaitan modul ini dengan modul 1 adalah bahwa pengambilan keputusan
yang tepat akan selalu berpihak pada murid seperti yang dijelaskan dalam modul
1.1 Filosofis pendidikan KHD. Dalam Modul 2 Pengambilan keputusan juga
berdasrakan pada nilai-nilai kebajikan universal dan nilai serta peran dari
guru penggerak. Kemudain keputusan yang tepat untuk memerdekakan murid dalam
belajar juga dapat dikaitkan dengan Pemeblajaran berdiferensiasi yang
terintegrasi dengan Pembelajaran Sosial Emosional. Jadi secara keseluruhan
anatar modul 1 dengan lainnya memiliki hubungan keterkaitan yang sangat erat
untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik lagi
11. Pemahaman konsep-konsep dalam modul 3.1
Dilema Etika merupakan sebuah keadaan pengambilan keputusan
yang terdiri dari nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar tetapi
saling bertentangan. Sedangkan Bujukan Moral merupakan keadaan yang terdiri dari nilai benar lawan salah. Secara umum ada
pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa
dikategorikan seperti di bawah ini: 1. Individu lawan kelompok (individual vs
community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 3. Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short
term vs long term). Kidder, 2009, hal 144) menjelaskan ada tiga prinsip pengambilan
keputusan, yaitu:
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
9
langkah pengambilan/pengujian keputusan dimulai dari : 1) mengenali nilai-nilai
yang bertentangan, 2) menentukan siapa yang terlibat, 3) fakta-fakta relevan,
4) Uji Benar/salah (Uji legal, Uji regulasi, Uji Intuisi, Uji Publikasi), 5)
Uji paradigma benar lawan benar, 6)Melakukan 3 prinsip resolusi, 7) Investigasi
opsi Trilemma, 8) Buat keputusan, dan 9) Lihat lagi keputusan dan refleksikan. Cara
mereka mengukur efektivitas dari pengambilan keputusan tersebut melalui
pengujian benar atau salah yang terdiri dari : (Uji legal, Uji regulasi, Uji
Intuisi, Uji Publikasi dan Uji Idola),. Selain itu mereka juga akan
mereflkesikan serta meilhat kembali keputusan yang telah dilakukan tentunya
dengan berkolaborasi denagn pihak-pihak terkait.
Hal-hal di luar dugaan :
Kasus
dilema etika akan melalui pengujian 9 tahap, apabila gagal di salah satu uji
saja maka kasus tersebut termasuk dalam bujukan moral
Setiap
keputusan orang akan berbeda tergantung sudut pandang masing-masing dan
tergantung nilai dan moral yang berlaku di daerah tersebut
12.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan
keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa
bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajarai modul ini saya
pernah mengambil keputusan dilema etika, hanya saja proses dalam pengambilan
keputusan tersebut hanya mengandalkan nilai-nilai dalam diri yang saya yakini
itu benar tanpa menetapkan paradigma, prinsip dan 9 langkah pengambilan
keputusan. Tetapi setelah mempelajari modul ini saya semakin paham bahwa
pengambilan keputusan dilema etika tidak semudah yang saya pikirkan sebelmunya,
kita harus menentukan paradigma, prinsip dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan.
13. Bagaimana dampak mempelajari
konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda
dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak mempelajari
konsep ini buat saya adalah saya lebih menyadari bahwa pengambilan keputusan
bukanlah sesuatu yang mudah terlebih jika itu adalah dilema etika, perlu
menerapkan 9 langkah pengujian/pengambilan keputusan. Kemudian melalui modul ini saya menjadi paham
perbedaan dilema etika dan bujukan moral. Sehingga jika kasusnya merupakan bujukan moral maka saya
akan memilih keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dalam diri
saya.
14. Seberapa penting mempelajari topik
modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Modul ini sangat penting bagi diri saya
pribadi yaitu untuk meningkatkan skill saya dalam mengambil keputusan baik itu
yang menyangkut urusan pribadi maupun urusan di sekolah. Saya juga dapat membantu
menyelesaikan pengambilan keputusan oleh rekan sejawat yang membutuhkan.
Kemudian, Sebagai seorang pemimpin yang
hari-harinya kan dihadapkan dengan banyak masalah tentunya modul ini merupakan
modul yang harus dipelajari dan tidak
boleh dilewatkan, karena di dalamnya banyak konsep-konsep yang telah didesain
dengan baik agar mudah dipahami dalam pengambilan keputusan. Seca umum modul ini
memiliki banyak manfaat baik untuk pribadi maupun bagi seorang pemimpin.
Terima Kasih, Salam & Bahagia...