1. Kesimpulan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan
Sumber Daya’ dan pengimplementasiannya di dalam kelas sekolah, dan masyarakat
sekitar sekolah.
Sekolah sebagai
ekosistem artinya adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik
(unsur
yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling
berinteraksi
satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan
harmonis.
Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:
Murid,
Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua,
Masyarakat
sekitar sekolah, Dinas terkait dan Pemerintah Daerah. Adapun faktor-faktor
abiotik
yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran diantaranya
adalah: Keuangan, Sarana dan prasarana dan Lingkungan alam.
Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan
memusatkan perhatian
kita pada apa
yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik.
Pendekatan
berbasis aset (asset-based approach) adalah cara praktis menemukenali hal-hal
yang
positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir,
kita
diajak
untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi
inspirasi,
yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Ada
Tujuh aset utama yang dimiliki lingkungan sekolah yaitu modal manusia, modal
sosial,
modal
fisik (bangunan, infrastruktur/sarana prasarana), modal lingkungan/alam, modal
financial,
modal politik dan modal agama dan budaya
Pengimplementasiannya :
Di kelas
Saya akan
memaksimalkan pengelollan dan pemanfaatan aset secara maksimal. Contoh saya
akan menggunakan lahan tidur sebagai sumber belajar anak-anak ungtuk bercocok
tanam
Di Sekolah
Saya akan
berkolaborasi dengan rekan guru dalam menemukenali aset yang ada di sekolah,
kemudian kami juga akan mengajak kepla sekolah serta pengawas untuk menggunakan
aset-aset yang ada secara maksimal
Di Masyarakat
Saya akan
berkolaborasi dengan masyarakat sekitar agar mendukung terciptanya ekosistem
sekolah yang lebih berpihak pada murid
2. Hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan
membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.
Modal Manusia
Ketika
pengelolaan sumber daya manusia dalam hal ini guru-guru, dilakukan dengan cara
yang tepat maka akan sangat berdampak pada hasil belajar murid-murid. Contohnya
guru yang kompeten akan menghasilkan peserta didik yang kompeten pula
Modal Fisik
Ketika sebuah
sekolah memiliki bangunan sekolah yang lengkap dan sarana serta prasarana yang
menunjuang, maka kebutruhan/proses belajar anak-anak akan sangat terdukung
sehingga pembelajaran yang didapat lebih berkualitas. Contohnya sekolah yang
memiliki ruang perpustakaan akan dapat dijadikan tempat untuk membaca bagi
anak-anak
Modal Sosial
Ketika sebuah
sekolah memiliki organisasi atau perserikatan yang mendukung murid untuk
belajar, maka akan menambah keterampilan sosial murid dalam berperilaku.
Contohnya pramuka, Osis dll
Modal Lingkungan
Alam
Ketika
pengelolaan sumber daya lingkungan alam dikelola dengan baik maka akan
memudahkan siswa dalam memperkaya sumber belajar yang ada. Contohnya anak dapat
belajar pada lingkungan perkebunan
Modal Agama
& Budaya
Ketika
pengelolaan sumber daya agama dan Budaya dilakukan dengan baik, maka pengaruh
terhadap proses pembelajaran anak, akan dapat meningkatkan iman dan taqwa serta
akhlak mulia dari anak-anak tersebut. Contohnya dengan merayakan hari-hari
besar keagamaan
Modal Politik
Ketika
pengelolaan sumber daya politik dikelola dengan baik, maka akan berpengaruh
terhadap kesejahteraan peserta didik, tentunya modal politik ini juga
berhubungan dengan relasi dengan pihak-piohak tertentu
Modal Finansial
Ketika
pengelolaan sumber daya finansial terkelola dengan baik, maka akan dapat
memberikan masukan kepada sekolah yang kemudian sekolah dapat memfasilitasi
kebutuhan murid terutama dalam hal belajar
3.
Koneksi Modul
3.2 dengan modul-modul lain
Modul 3.2 dengan modul 1.1 (Filosofi Pendidikan
menurut KHD)
Kaitan modul 3.2
dengan modul 1.1 dapat dilihat dari tujuan pendidikan menurut KHD yaitu
menghantarkan anak pada keselamatan dan kebahagian. . Hal ini sangat sejalan
dengan konsep yang ada pada modul 3.2 yakni peran pemimpin dalam pengelolaan
sumber daya. Karena seorang pemimpin dapat dikatakan berhasil apabila dapat
membawa ekosistem sekolahnya menuju arah perubahan yang dapat menghantarkan
murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Selain itu
menurut KHD anak-anak akan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat
zamannya, hal ini berkaitan dengan modal lingkungan alam yang turut
mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut.
Modul 3.2 dengan modul 1.2 (Nilai & Peran Guru
Penggerak)
Salah satu nilai dari guru penggerak yaitu berpihak pada murid. Berpihak
pada murid berarti, guru dalam melakukan pembelajaran harus berorientasi pada
murid, desain atau rancangan pembelajaran diharapkan sesuai dengan kebutuhan
murid. Agar sekolah memiliki guru seperti yang dimaksud, maka sangat penting
peran pemimoin dalam pengelolaaan sumber daya khusunya pada modal manusia.
Ketika pengelolaan sumber daya pada modal manusia dalam hal ini guru-guru,
dilakukan dengan cara yang tepat maka akan sangat berdampak pada hasil belajar
murid-murid. Contohnya guru yang kompeten akan menghasilkan peserta didik yang
kompeten pula
Modul 3.2 dengan modul 1.3 (Visi Guru
Penggerak)
Visi merupakan impian/harapan terhadap sesuatu. Sebagai guru penggerak visi
yang dibuat harus dapat melahirkan prakarsa perubahan yang berpihak pada murid.
Dalam modul 3.2 dijelaskan bahwa ada 7 modal utama yang dimiliki oleh sekolah.
Dimana jika modal aset) yang ada tersebut dijaga dan dimanfaatkan dengan baik,
maka hal tersebut dapat membantu sekolah untuk mewujudkan visi yang telah
ditetapkan oleh sekolah tersebut. Sehingga di sini bukan hanya perlu peran dari
kepala sekolah, melainkan seluruh warga sekolah harus memanfaatkan aset yang
ada sebaik-baiknya agar dapat mencapai visi tersebut
Modul 3.2 dengan modul 1.4 (Disiplin
Positif)
Budaya positif adalah kumpulan nilai-nilai kebajikan yang disetujui secara
bersama untuk dijadikan sebagai sebuah pedoman untuk bertingkah laku. Ketika
sekolah sudah memiliki suatu pedoman untuk dijadikan landasan bertingkahlaku
maka sekolah tersbut nantinya akan dapat bergerak ke arah yang lebih baik lagi,
tentunya dengan peran kepla sekolah dan kolaborasi dengan guru-guru yang ada.
Kepala sekolah dapat berperan sebagai pemimpin tentunya dalam pengelolaan
sumber daya. Budaya positif yang ada dapat juga dijadikan sebgai aset atau
kelebihan yang dimiliki suatu sekolah.
Modul 3.2 dengan modul 2.1 (Pembelajaran
Berdiferensiasi)
Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan murid yang terdiri dari kesiapan belajar (Readiness), minat
dan profil belajar murid. Jika dikaitkan dengan modu,l 3.2, Pembelajaran
Berdiferensiasi dapat menggunakan modal yanga ada pada suatu sekolah. Jika
dikaitkan dengan 7 modal utama, yaitu fokus pada modal lingkungan alam, sudah
sepatutnya lingkungan yang menjadi aset dapat juga dijadikan sumber belajar
sebgai pemenuhan kebutuhan belajar murid
Modul 3.2 dengan modul 2.2 (Pembelajaran
Sosial Emosional)
Pembelajaran Sosial Emosional merupakan hal yang tak kalah penting untuk
diterapkan. Seorang pemimpin yang dapat mengotrol sosial emosionalnya maka akan
dapat mengelola sumber daya dengan baik pula.
Modul 3.2 dengan modul 2.3 (Coaching
untuk Supervisi Akademik)
Melalui kegiatan coaching diharapkan coachee dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Jika seorang pemimpin dapat melakukan coaching untuk menemukan
aset atau modal di sebuah sekolahnya maka pemimpin tersebut dapat dikatakan
sudah mampu dalam mengelola sumber daya
Modul 3.2 dengan modul 3.1 (Pengambilan
Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin)
Untuk menentukan sebuah keputusan maka diperlukan pembuktian melalui
beberapa uji, terlebih jika kasus tersebut merupakan dilema etika. Seorang
pemimpin yang dapat mengelola sumber daya maka seharusnya dapat memilih sebiuah
keputusan berdasrakn pengujian tersebut agarr pada akhirnya keputusan yang
diambil merupakan keputusan yang tepat. Contohnya untuk mengembangkan aset apa
yang akan dikembangkan lebih baik lagi dan hal apa yang akan dilakukan
4. Hubungan antara sebelum dan sesudah mengikuti modul ini,
serta pemikiran yang sudah berubah setelah mengikuti proses pembelajaran dalam
modul ini.
Sebelum
Sebelum mempelajari modul ini, saya lebih cenderung menggunakan pendekatan
berbasis kekurangan ataupun masalah. Sehingga sering sekali saya pada akhirnya
enggan untuk melakukan sesuatu karena saya mengira tidak ada hal yang mendukung
saya untuk melakukan sesuatu tersebut.
Sesudah
Sesudah mempelajari modul ini paradigma berfikir saya berubah menjadi
pendekatan berbasis kekuatan dengan meilihat segala sisi positif yang ada. Saya
setuju dengan semua konsep dalam pendekatan berbasis aset, seharusnya kita
dapat menyadari kekuatan apa yang ada pada sekolah kita ataupun diri kita
sendiri. Agar pada akhirnya kita dapat melihat segala sesuatu berdasarkan
kekuatannya.